Rabu, 24 September 2014
Matinya
Seorang Demonstran
Cerpen karya Agus Noor
Cerpen karya Agus Noor
Suara
gemeruh dan suasana yang mencekam terlihat diatas panggung, demo yang dilakukan
oleh para mahasiswa dan demonstran lainnya membuat aparat kepolisian
mengharuskan untuk turun tangan dengan tujuan membubarkan massa demonstran
tersebut. Secara tak sengaja seorang polisi menembaki pistolnya agar massa
terdiam tetapi malah mengenai seorang mahasiswa yang tidak terlibat dalam demo
itu. Panggung kembali ke dalam keadaan gelap seperti semuanya telah berakhir,
tetapi itu hanyalah awal dari segalanya
Ratih
bersama Arman, pacarnya dan bersama teman-teman lainnya seusai pulang dari
kuliah, duduk di jalan yang masih belum memiliki nama itu.
Arman : Gimana
kamu tadi kuliahnya?
Ratih : Dosennya mangkelin sih, aku minta pendapatnya gak dijawab-jawab, padahal penting buat skripsi.
Arman : Kok gak mau jawab? Kamu nanya nya paling diwaktu yang gak tepat.
Ratih : Hmm… Mungkin sih, hehe. Tadi Pak komsin, dosenku itu memang lagi menangani banyak mahasiswa, tapi sebelumnya aku sudah bilang ke dia, kalo aku mau minta pendapatnya saat pulang, eh malah ngurusin yang lain.
Arman : Kenapa gak nunggu sampai ia selesai?
Lalu pembicaraan mereka berhenti saat dua temannya Ratih menggoda mereka berdua
Maria : Eh Leyla, gimana kamu tadi kuliahnya?
Leyla : Dosennya mangkelin siih, akua aminta pendapatnya gak dijawab-jawab, padahal penting buat skripsikuu,
Maria dan Leyla tertawa
Maria : Sepertinya di cuaca seperti ini enak pegangan tangan ya la?
Leyla : Iyaa, penting buat kehangatan nih, apalagi kalau peluk, pasti enaak
Ratih : Hush, hush kalian itu ngapain sih, udah pergi dulu sana nanti aku mau ngmong ke kalian berdua!
Ratih : Dosennya mangkelin sih, aku minta pendapatnya gak dijawab-jawab, padahal penting buat skripsi.
Arman : Kok gak mau jawab? Kamu nanya nya paling diwaktu yang gak tepat.
Ratih : Hmm… Mungkin sih, hehe. Tadi Pak komsin, dosenku itu memang lagi menangani banyak mahasiswa, tapi sebelumnya aku sudah bilang ke dia, kalo aku mau minta pendapatnya saat pulang, eh malah ngurusin yang lain.
Arman : Kenapa gak nunggu sampai ia selesai?
Lalu pembicaraan mereka berhenti saat dua temannya Ratih menggoda mereka berdua
Maria : Eh Leyla, gimana kamu tadi kuliahnya?
Leyla : Dosennya mangkelin siih, akua aminta pendapatnya gak dijawab-jawab, padahal penting buat skripsikuu,
Maria dan Leyla tertawa
Maria : Sepertinya di cuaca seperti ini enak pegangan tangan ya la?
Leyla : Iyaa, penting buat kehangatan nih, apalagi kalau peluk, pasti enaak
Ratih : Hush, hush kalian itu ngapain sih, udah pergi dulu sana nanti aku mau ngmong ke kalian berdua!
Maria : Ayo la,
calon istri anak colonel marah
Leyla : Iya, ayo kita pergi sebelum ditembakki calon mertuanyaa
Maria dan Leyla pergi meninggalkan panggung
Ratih : Haduh maaf ya man, mereka memang usil gitu
Leyla : Iya, ayo kita pergi sebelum ditembakki calon mertuanyaa
Maria dan Leyla pergi meninggalkan panggung
Ratih : Haduh maaf ya man, mereka memang usil gitu
Arman : Gak papa kok tih, para nyamuk sudah pergi, sekarang tinggal aku dan kamu disini, kalau saja setiap saat seperti ini, aku pasti senang sekali.
Ratih : Iya aku pasti juga senang, aku ingin selamanyaa berdua bersama kamu menikmati jalannya hidup
Arman : Haha, jalan hidup bersamaku pasti kau akan merasakan kebahagiaan yang tak terhingga senangnya, walaupun kita nanti bertengkar terus diam-diam an tapi aku yakin kita masih bisa kembali menyatu dan mengatakan bahwa aku cinta kamuku
Ratih : Mencintaiku? Ngomong soal cinta, mengapa kau begitu mencintaiku cintaku?
Arman : Kenapa aku begitu mencintaimu? Coba kamu melihat ini (menunjukan tab) dan apa yang aku lihat?
Ratih : Hmm, seorang wanita biasa yang hidupnya biasa biasa aja
Arman : Haha sudah kutebak kau akan menjawab seperti itu, andaisaja kau bisa melihat apa yang aku lihat saat ini, pasti kau tak akan segan-segan untuk lebih mencintai dirimu.
Ratih : Bisa ajaaaa maaaan, udah udah hentikan semuanya, kau terus membuatku tersipu malu, bagaimana tadi kuliahmu?
Arman : Kuliah? Ohya aku kan ada tambahan mata kuliah, sekarang jam berapa?
Ratih : Hmm jam …
Arman : Waduh gawat, aku terlambat, sayangku, cintaku, gilaku, honeyku, bebebku, aku pergi kuliah dulu ya, gak papa kan ya maaf syang, I love you
Ratih : Haa, selalu kan, yasudah I love you too
Sebenarnya Ratih sudah tau bahwa Arman ada tambahan
mata kuliah, sehingga ia berencana untuk bertemu dengan Eka di jalan itu saat
Arman sedang berkuliah.
Tak lama kemudian Eka datang dengan membawa bunga untuk Ratih,
Eka : Hai manisku
Ratih : Hai pangeranku
Eka : Aku tadi melihat bunga ini dijalan, aku membelinya karena terlihat indah, tetapi aku bukan orang yang suka menyimpan bunga, jadi sepertinya bunga ini harus kuberikan kepada orang yang terlihat indah pula. Maukah kau menerima bunga ini dariku ini Ratihku?
Ratih : Tak ada alasan untukku menolak bunga yang engkau hendak berikan kepadaku, terima kasih pangeranku
Eka : Sama-sama cintaku, ohya bagaimana tadi kuliahnya?
Ratih : Berjalan lancar aja sih, walaupun ada sedikit kendala yang aku dapatkan
Eka : Kendala?
Ratih : Iya kendala untuk menghubungimuu
Tak lama kemudian Eka datang dengan membawa bunga untuk Ratih,
Eka : Hai manisku
Ratih : Hai pangeranku
Eka : Aku tadi melihat bunga ini dijalan, aku membelinya karena terlihat indah, tetapi aku bukan orang yang suka menyimpan bunga, jadi sepertinya bunga ini harus kuberikan kepada orang yang terlihat indah pula. Maukah kau menerima bunga ini dariku ini Ratihku?
Ratih : Tak ada alasan untukku menolak bunga yang engkau hendak berikan kepadaku, terima kasih pangeranku
Eka : Sama-sama cintaku, ohya bagaimana tadi kuliahnya?
Ratih : Berjalan lancar aja sih, walaupun ada sedikit kendala yang aku dapatkan
Eka : Kendala?
Ratih : Iya kendala untuk menghubungimuu
Eka : Mengapa kau harus menghubungiku? Bukankah sudah kubilang, saat kamu kuliah, kamu tidak usah mengkhawatirkanku, kalau kau mengkhawatirkanku, rasakan keberdaanku dihatimu.
Ratih : Tetapi aku kangen kaa, aku kangen mendengar kata-kata yang begitu puitis darimu, kata-kata yang bisa memotivasiku untuk kuliah dengan senang, kata-kata yang membuat kehidupanku tidaklah hanya lapangan hijau yang datar.
Eka : Kangen, aku juga kangen Ratih, tetapi aku harus tegaskan, mengapa kita bertemu sekarang menjelang malam jumat dan tidak pada malam minggu, malam minggumu sudah milik orang lain dan aku tak berhak mengganggunya. Seorang yang bahagia adalah seorang yang diberi kesempatan memilih dalam hidup. Maka aku memberimu kesempatan agar kamu bisa memilih sendiri kebahagiaanmu. Tak perduli, apakah bagimu nantinya aku pilihan kedua atau pertama.
Ratih : Tunggu, jadi kamu tau aku sudah punya pacar?
Eka : Kalau perempuan semanis kamu tidak punya pacar, pasti ada yang salah dengan selera semua laki-laki di dunia ini.
Ratih : Dan kamu gak merasa cemburu marah atau apa itu?
Eka : Sebenarnya saat pertama kali aku kenal denganmu, aku berusaha mencari informasi darimu yang sebanyak-banyaknya agar aku bisa bersama denganmu dalam keadaan yang nyaman, jelas aku cemburu, tapi aku tau aku tak berhak untuk memiliki perasaan itu.
Ratih : Maafkan aku ya Eka, aku seharusnya memberitaukan kepadamu sebelumnya
Eka : Tidak, akulah yang seharusnya meminta maaf, aku sudah tau engkau adalah milik orang lain tetapi tetap saja aku mendekatimu
Maria ternyata lupa bahwa headset nya masih dibawa Ratih, ia berlari kembali untuk mencari Ratih, lalu ia kaget melihatnya bersama lelaki lain.
Mariapun memasuki panggung seperti orang yg sedang lewat lalu pura-pura batuk hingga duduk diantara Ratih dan Eka
Maria : Waduuh mas mbaak, maaf ya, tapi aku kalau batuk terus seperti ini harus duduk diantara dua orang agar cepat redaah
Eka : (menunjukan ekspresi muka bertanya pada Ratih “temanmu?”)
Ratih : (ratih membalas dengan muka kesal dan mengganguk)
Eka : Yaudah ratih, aku mau pergi beli makan dulu ya
Ratih : Oiya ka, gak papa kok, aku biar disini dulu sambil nunggu temanku
Eka pergi meninggalkan panggung
Ratih : Kamu
ini apa sih! Nganggu orang aja!
Maria : Kamu ini yang gimana?! Tadi berduaan sama Arman, sekarang sama lelaki lain? Mau jadi playgirl sekarang?
Ratih : Bukan gitu ria, seharusnya aku bercerita dari dulu dari sejak pertama kali aku bertemu dengannya kepadamu, memang salahku aku tak cerita.
Maria : Iya! Kamu kok gak pernah cerita tentang dia! Siapa dia?! Siapa namanya?!
Ratih : Duuh, diam ria, akan aku jelaskan semuanya, namanya Eka, dan alasanku mengapa aku tak pernah bercerita tentangnya kepadamu adalah karena Eka adalah seorang aktivis, demo-demo yang sedang banyak terjadi banyak direncanakan dan diatur oleh Eka.
Maria : Ehhh! Kok kamu mau sama orang seperti itu! Hidupmu bisa jadi dalam bahaya sekarang karena dia!
Ratih : Kan aku tau kamu pasti akan berkata seperti itu, itulah mengapa aku tidak bercerita tentangnya kepadamu
Maria : Hehe maaf, tapi ini kan juga buat kebaikanmu, lalu atas dasar apakah yang membuatmu menduakan seorang anak dari kolonel?
Ratih : Aku gak pernah ada niatan untuk menduakannya, aku juga pada awalnya tidak ada niatan untuk dekat dengan Eka. Tetapi dengan Eka, aku belajar bahwa dalam hidup kita harus memiliki sesuatu untuk diperjuangkan sedangkan dengan Arman, aku bisa merasakan nikmatnya hidup.
Maria : Yaudah, biar lebih mudahnya seperti ini, positif dari Arman dan Eka kamu cerna lagi dan kamu pikirkan matang-matang, manakah yang lebih banyak positifnya dan benar-benar bisa membuatmu meraskan kebahagiaan.
Ratih : Aku tak tau Maria, Eka sudah tau bahwa aku memiliki pacar, tetapi ia tetap saja mendekatiku, dan apabila Arman tau tentang hubunganku sama Eka, pasti ia akan marah habis-habis an kepadaku, cinta dari mereka berdua terlalu tulus hingga selalu membuatku bingung!
Maria : Tetapi kamu pada akhirnya harus milih Eka atau Arman, kau tak bisa terus melakukan ini, kau tak boleh memainkan hati mereka berdua.
Ratih : Kau benar Maria, aku harus memilih, aku harus memilih…
Maria : Pikirkan dengan baik-baik ya Ratih, sekarang bolehkah aku meminta headsetku kembali?
Ratih : Headset? Ohya sampai lupa aku ri, maaf ya riaa hehe
Maria : Gak papa kok, yaudah kamu gak pulang tih? Atau masih mau nunggu temenmu?
Ratih : Ya temenku itu kamu mariaa
Maria : Hehe iya tau kok tih
Mereka berdua pun pulang dan tiba-tiba beberapa mahasiswa berlari ke atas panggung dan bersembunyi dibalik kursi-kursi, seorang polisi sedang mengejarnya. Polisi itu tak menemukan mereka lalu pergi meninggalkan panggung.
Indah : Alhamdulilah, dia gak menemukan kita
Tata : Iyaaa, untung aja, coba kalau ketauan, kita bisa dihajar habis-habisan seperti yang terjadi pada Rizal.
Rani : Iya kasian Rizal, padahal ia hanyalah pemotret, ia dihajar langsung oleh puluhan aparat, dan kamera yang telah ia beli dengan tabungan separuh hidupnya hancur diinjak dan dibanting oleh aparat.
Tata : Kita harus bilang ke Eka, kita harus mencari cara untuk membebaskan kawan-kawan kita
Indah : Iya aku sudah sms ke Eka, aku menyuruhnya untuk bertemu dengan kita disini
Rani : Baik, ini benar-benar sudah keterlaluan
Tata : Ini sudah melewati batas HAM!
Eka datang dengan tergesa-gesa
Eka : Ada apa?! Apa yang terjadi?!
Indah : Aparat ka! Mereka benar-benar sudah keterlaluan!
Eka : Apa?! Ada apa sebenarnya!
Rani : Mereka menghajar Rizal, kamera nya rusak, dan kini ia ditahan oleh mereka!
Tata : Iya ka, dan juga bersama banyak mahasiswa lain ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara
Eka : Kalau dihajar itu tidak bisa diterima, tetapi penjara… Penjara akan membuktikan tangguh tidak nya mereka. Lagi pula, penjara justru meningkatkan martabat para pembangkang. Tetapi kita tetap harus berusaha untuk membebaskan kawan-kawan kita mana Toriq?
Indah : Ia dalam perjalanan ke sini… Lha itu dia
Eka : Toriq! Bagaimana, kamu kan intel militer, kamu bisa membebaskan kawan-kawan kita?
Toriq : Bisa, saya bisa, tetapi waktunya tidaklah cepat, prosesnya lama, dan resiko yang akan kita tanggung sangatlah berat
Eka : Apapun resikonya, yang penting untuk kemajuan negara kita ini!
Toriq : Iya dan bagaimana dengan besok? Apakah benar kita akan melakukannya di jalan ini?
Eka : Iya kita tidak boleh tetap di satu tempat, kita harus membuat aparat kebingungan.
Rani : Jadi besok kita mulai dari pagi?
Tata : Kenapa? Kau takut?
Rani : Ya tidaklah, malah bersemangat
Eka : Bagus, kita harus tanamkan semangat dalam diri kita dulu sebelum memulainya, Jadi kalian siap-siap dengan mengumpulkan massa yang lebih banyak, kali ini kita harus berhasil.
Lainnya: Siap!
Toriq : (saat lainnya pergi) tadi aku bertemu dengan ratih, ia bilang akan segera datang kemari.. nah itu dia, biar kutinggalkan kalian berdua
Maria : Kamu ini yang gimana?! Tadi berduaan sama Arman, sekarang sama lelaki lain? Mau jadi playgirl sekarang?
Ratih : Bukan gitu ria, seharusnya aku bercerita dari dulu dari sejak pertama kali aku bertemu dengannya kepadamu, memang salahku aku tak cerita.
Maria : Iya! Kamu kok gak pernah cerita tentang dia! Siapa dia?! Siapa namanya?!
Ratih : Duuh, diam ria, akan aku jelaskan semuanya, namanya Eka, dan alasanku mengapa aku tak pernah bercerita tentangnya kepadamu adalah karena Eka adalah seorang aktivis, demo-demo yang sedang banyak terjadi banyak direncanakan dan diatur oleh Eka.
Maria : Ehhh! Kok kamu mau sama orang seperti itu! Hidupmu bisa jadi dalam bahaya sekarang karena dia!
Ratih : Kan aku tau kamu pasti akan berkata seperti itu, itulah mengapa aku tidak bercerita tentangnya kepadamu
Maria : Hehe maaf, tapi ini kan juga buat kebaikanmu, lalu atas dasar apakah yang membuatmu menduakan seorang anak dari kolonel?
Ratih : Aku gak pernah ada niatan untuk menduakannya, aku juga pada awalnya tidak ada niatan untuk dekat dengan Eka. Tetapi dengan Eka, aku belajar bahwa dalam hidup kita harus memiliki sesuatu untuk diperjuangkan sedangkan dengan Arman, aku bisa merasakan nikmatnya hidup.
Maria : Yaudah, biar lebih mudahnya seperti ini, positif dari Arman dan Eka kamu cerna lagi dan kamu pikirkan matang-matang, manakah yang lebih banyak positifnya dan benar-benar bisa membuatmu meraskan kebahagiaan.
Ratih : Aku tak tau Maria, Eka sudah tau bahwa aku memiliki pacar, tetapi ia tetap saja mendekatiku, dan apabila Arman tau tentang hubunganku sama Eka, pasti ia akan marah habis-habis an kepadaku, cinta dari mereka berdua terlalu tulus hingga selalu membuatku bingung!
Maria : Tetapi kamu pada akhirnya harus milih Eka atau Arman, kau tak bisa terus melakukan ini, kau tak boleh memainkan hati mereka berdua.
Ratih : Kau benar Maria, aku harus memilih, aku harus memilih…
Maria : Pikirkan dengan baik-baik ya Ratih, sekarang bolehkah aku meminta headsetku kembali?
Ratih : Headset? Ohya sampai lupa aku ri, maaf ya riaa hehe
Maria : Gak papa kok, yaudah kamu gak pulang tih? Atau masih mau nunggu temenmu?
Ratih : Ya temenku itu kamu mariaa
Maria : Hehe iya tau kok tih
Mereka berdua pun pulang dan tiba-tiba beberapa mahasiswa berlari ke atas panggung dan bersembunyi dibalik kursi-kursi, seorang polisi sedang mengejarnya. Polisi itu tak menemukan mereka lalu pergi meninggalkan panggung.
Indah : Alhamdulilah, dia gak menemukan kita
Tata : Iyaaa, untung aja, coba kalau ketauan, kita bisa dihajar habis-habisan seperti yang terjadi pada Rizal.
Rani : Iya kasian Rizal, padahal ia hanyalah pemotret, ia dihajar langsung oleh puluhan aparat, dan kamera yang telah ia beli dengan tabungan separuh hidupnya hancur diinjak dan dibanting oleh aparat.
Tata : Kita harus bilang ke Eka, kita harus mencari cara untuk membebaskan kawan-kawan kita
Indah : Iya aku sudah sms ke Eka, aku menyuruhnya untuk bertemu dengan kita disini
Rani : Baik, ini benar-benar sudah keterlaluan
Tata : Ini sudah melewati batas HAM!
Eka datang dengan tergesa-gesa
Eka : Ada apa?! Apa yang terjadi?!
Indah : Aparat ka! Mereka benar-benar sudah keterlaluan!
Eka : Apa?! Ada apa sebenarnya!
Rani : Mereka menghajar Rizal, kamera nya rusak, dan kini ia ditahan oleh mereka!
Tata : Iya ka, dan juga bersama banyak mahasiswa lain ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara
Eka : Kalau dihajar itu tidak bisa diterima, tetapi penjara… Penjara akan membuktikan tangguh tidak nya mereka. Lagi pula, penjara justru meningkatkan martabat para pembangkang. Tetapi kita tetap harus berusaha untuk membebaskan kawan-kawan kita mana Toriq?
Indah : Ia dalam perjalanan ke sini… Lha itu dia
Eka : Toriq! Bagaimana, kamu kan intel militer, kamu bisa membebaskan kawan-kawan kita?
Toriq : Bisa, saya bisa, tetapi waktunya tidaklah cepat, prosesnya lama, dan resiko yang akan kita tanggung sangatlah berat
Eka : Apapun resikonya, yang penting untuk kemajuan negara kita ini!
Toriq : Iya dan bagaimana dengan besok? Apakah benar kita akan melakukannya di jalan ini?
Eka : Iya kita tidak boleh tetap di satu tempat, kita harus membuat aparat kebingungan.
Rani : Jadi besok kita mulai dari pagi?
Tata : Kenapa? Kau takut?
Rani : Ya tidaklah, malah bersemangat
Eka : Bagus, kita harus tanamkan semangat dalam diri kita dulu sebelum memulainya, Jadi kalian siap-siap dengan mengumpulkan massa yang lebih banyak, kali ini kita harus berhasil.
Lainnya: Siap!
Toriq : (saat lainnya pergi) tadi aku bertemu dengan ratih, ia bilang akan segera datang kemari.. nah itu dia, biar kutinggalkan kalian berdua
Ratih : Eka,
apa ini harus?
Eka : Iya, sudah kupikirkan dengan matang-matang
Ratih : Eka! Sudahlah kita hentikan semua ini! Aku lihat apa yang aparat lakukan! Hal itu tak boleh terjadi padamu!
Eka : Ratih… Dengarkan
Ratih : Tidak! Kamu mau jadi pahlawan! Sudahlah hentikan apa yang kamu lakukan ini! Aku tak mau kehilangan kamu! Masa depanmu masih panjang! Pikirkan apa yang akan terjadi, pikirkan apa yang orang tua akan katakan padamu! Pikirkan apa yang akan aku rasakan Eka!
Eka : Sudahlah ratih cukup! Aku sudah memikirkannya baik-baik, aku tak ingin jadi pahlawan! Pahlawan hanyalah pecundang yang beruntung! Aku mencintaimu ratih, kamu jangan khawatir aku pasti akan kembali.
Ratih : Berjanjilah padaku, berjanjilah bahwa besok kamu akan kembali menggenggam tanganku lagi seperti ini.
Eka : Aku janji Ratih, karena aku mencintaimu
Ratih : Aku juga mencintaimu eka
Eka : Maukah kau kuantarkan pulang?
Ratih : Terima kasih Eka, tetapi aku akan bertemu dengan Arman disini.
Eka : Ohh begitu, sebaiknya aku segera pergi.
Eka lalu pergi meninggalkan Ratih
Ratih : Aku memilihmu Eka … Kamulah yang terbaik untukku
Arman pun datang
Arman : tih, ada apa denganmu, mengapa kau terlihat sedih
Ratih tak menjawab dan terdiam memikirkan apa yang harus ia katakana
Ratih : arman ada sesuatu yang harus aku katakan padamu
Arman : berhenti, sebelum kita lanjut ke situ, tolong buat aku agar bisa membuatmu senang, berdirilah
Armanpun mengajak Ratih untuk berdansa dan Ratih tampak senang kembali
Arman : Sudah baikan? Jadi tadi kamu mau ngomongin apa?
Ratih : Tadi? Oh gpp lupakan
Arman : Beneran ratih, pasti ada sesuatu
Ratih : Bukan, ini hanya masalah demo nya itu, kamu jangan ikut ya
Arman : Ratih, kamu lupa ayahku seorang kolonel angkatan darat? Ya jelasnya kalau aku ikut pasti akan sangat membuat ayahku kecewa dan aku tak ingin hal itu terjadi, jadi apakah aku akan ikut demo? Tidak mungkin.
Ratih : Oke aku senang kamu tidak mengikutinya, ini sudah mulai malam, sebaiknya kita pulang
Arman : Biarkan aku mengantarmu dengan mobil baruku
Ratih : Makasih ya Arman
Keesokan harinya saat demo akan dimulai, Eka yang sedang merencanakan demo nya sendiri di jalan itu ditangkap oleh aparat dan dibawa pergi, sedangkan Arman yang hendak menjemput Ratih, tertembek oleh peluru nyasar. Jalan itu dinamakan jalan mularman, nama lengkap Arman yang dianggap sebagai mahasiswa yang meninggal akibat demo tersebut. Mereka menganggap bahwa ia adalah pahlawan dari mahasiswa yang memberanikan diri hingga tertembak oleh peluru. Sedangkan Ratih meninggalkan kota tersebut agar ia bisa melupakan segala kenangan yang ada dan hanya kembali untuk menjenguk ibunya.
Eka : Iya, sudah kupikirkan dengan matang-matang
Ratih : Eka! Sudahlah kita hentikan semua ini! Aku lihat apa yang aparat lakukan! Hal itu tak boleh terjadi padamu!
Eka : Ratih… Dengarkan
Ratih : Tidak! Kamu mau jadi pahlawan! Sudahlah hentikan apa yang kamu lakukan ini! Aku tak mau kehilangan kamu! Masa depanmu masih panjang! Pikirkan apa yang akan terjadi, pikirkan apa yang orang tua akan katakan padamu! Pikirkan apa yang akan aku rasakan Eka!
Eka : Sudahlah ratih cukup! Aku sudah memikirkannya baik-baik, aku tak ingin jadi pahlawan! Pahlawan hanyalah pecundang yang beruntung! Aku mencintaimu ratih, kamu jangan khawatir aku pasti akan kembali.
Ratih : Berjanjilah padaku, berjanjilah bahwa besok kamu akan kembali menggenggam tanganku lagi seperti ini.
Eka : Aku janji Ratih, karena aku mencintaimu
Ratih : Aku juga mencintaimu eka
Eka : Maukah kau kuantarkan pulang?
Ratih : Terima kasih Eka, tetapi aku akan bertemu dengan Arman disini.
Eka : Ohh begitu, sebaiknya aku segera pergi.
Eka lalu pergi meninggalkan Ratih
Ratih : Aku memilihmu Eka … Kamulah yang terbaik untukku
Arman pun datang
Arman : tih, ada apa denganmu, mengapa kau terlihat sedih
Ratih tak menjawab dan terdiam memikirkan apa yang harus ia katakana
Ratih : arman ada sesuatu yang harus aku katakan padamu
Arman : berhenti, sebelum kita lanjut ke situ, tolong buat aku agar bisa membuatmu senang, berdirilah
Armanpun mengajak Ratih untuk berdansa dan Ratih tampak senang kembali
Arman : Sudah baikan? Jadi tadi kamu mau ngomongin apa?
Ratih : Tadi? Oh gpp lupakan
Arman : Beneran ratih, pasti ada sesuatu
Ratih : Bukan, ini hanya masalah demo nya itu, kamu jangan ikut ya
Arman : Ratih, kamu lupa ayahku seorang kolonel angkatan darat? Ya jelasnya kalau aku ikut pasti akan sangat membuat ayahku kecewa dan aku tak ingin hal itu terjadi, jadi apakah aku akan ikut demo? Tidak mungkin.
Ratih : Oke aku senang kamu tidak mengikutinya, ini sudah mulai malam, sebaiknya kita pulang
Arman : Biarkan aku mengantarmu dengan mobil baruku
Ratih : Makasih ya Arman
Keesokan harinya saat demo akan dimulai, Eka yang sedang merencanakan demo nya sendiri di jalan itu ditangkap oleh aparat dan dibawa pergi, sedangkan Arman yang hendak menjemput Ratih, tertembek oleh peluru nyasar. Jalan itu dinamakan jalan mularman, nama lengkap Arman yang dianggap sebagai mahasiswa yang meninggal akibat demo tersebut. Mereka menganggap bahwa ia adalah pahlawan dari mahasiswa yang memberanikan diri hingga tertembak oleh peluru. Sedangkan Ratih meninggalkan kota tersebut agar ia bisa melupakan segala kenangan yang ada dan hanya kembali untuk menjenguk ibunya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar